Kasus Covid-19 yang terkendali membuat perekonomian kembali menggeliat. Permintaan kredit perbankan pun bisa lebih bergairah.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan secara garis besar pertumbuhan kredit pada tahun 2022 akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Lantaran terkendalinya pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi.
“Kami melihat BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, BBTN cukup menarik dan dapat dipertimbangkan untuk tahun depan,” ujar Okie kepada Kontan.co.id pada Kamis (14/10).
Di sektor perbankan misalnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk optimistis bisnis tahun depan lebih deras lagi. Direktur Risk Management and Transformation BTN, Setiyo Wibowo menyatakan, pangsa pasar kredit pemilikan rumah (KPR) masih terbuka dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia karena penduduk Indonesia terbilang besar.
“Pertumbuhan kredit itu lebih pada kondisi market. Target tahun depan kami sedang susun, nanti pada saatnya disampaikan. Sekarang belum bisa bilang. Saya rasa kami membidik 1% sampai 2% di atas market,” ujar Setiyo pada pekan lalu.
Ia menyebut suatu bank dikatakan sebagai mortgage bank bila memiliki portofolio KPR setidaknya 40% dari total penyaluran kredit. Di kawasan Asia Tenggara, baru ada DBS Group dan CIMB Group yang cukup kuat di segmen ini.
“Di sisi aset, pertumbuhan BTN sudah lebih bagus dari mereka (DBS dan CIMB), tapi kualitas dan return on equity (RoE) dan net interest margin (NIM), BTN masih di bawah mereka. Kita bisa harus delivery lebih bagus,” ujar Setiyo, Jumat (8/10).
BTN menargetkan bisa memiliki RoE 16% hingga 18% pada 2025 dengan terus melakukan perbaikan proses bisnis. Adapun hingga Juni 2021, RoE BTN berada di level 11,02%. Ini lantaran masih tingginya biaya kredit atau cost of credit.
Guna mencapai target itu, BTN ingin menurunkan biaya dana dengan terus meningkatkan dana murah alias current account and saving account (CASA) hingga dua kali lipat pada 2025 dari posisi 2020. Lantas, menjadi one stop financial solution.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga yakin kinerja tahun 2022 akan lebih baik dari tahun ini apabila kondisi pandemi bisa semakin ditekan.
“BRI melihat bahwa pemulihan perekonomian nasional sangat bergantung pada kondisi pandemi yang terjadi,” kata Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI.
Meski begitu, BRI belum menetapkan target-target rencana bisnis bank (RBB) tahun depan. Adapun hingga akhir tahun ini, BRI optimis bisa meraih target pertumbuhan kredit 6%-7% dengan kualitas kredit yang semakin membaik.
Kinerja diproyeksikan akan semakin membaik dari semester I 2021. Aestika bilang, hal itu didukung oleh rampungnya proses holding ultra mikro yang diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan baru bagi BRI.
Per Agustus 2021, BRI mencatatkan laba bersih secara bank only sebesar Rp 17,85 triliun atau tumbuh 33,1% year on year (yoy). Itu melampaui pertumbuhan di paruh pertama sebesar 22,01% yoy jadi Rp 12,44 triliun.
Sumber: https://keuangan.kontan.co.id/news/covid-19-terkendali-bisnis-perbankan-bisa-lebih-baik-pada-2022